 |
Oleh: Abjan
Kawan Jurnalis
Tak ada gemuruh pesta, tak ada kilatan kamera. Hanya kabar sederhana yang berembus dari Kelurahan Sofifi, Kecamatan Oba Utara: pada 6 Mei 2025 mendatang, Aidar Salasa dan Ririn Irwan akan mengucap akad di RT 04. Di tempat yang jauh dari gegap gempita, cinta menemukan jalannya pulang.
Kisah mereka tak dibuka dengan pertemuan dramatis atau perkenalan megah. Semuanya bermula dari sebuah chat WhatsApp di malam Kamis, 5 Desember 2024-menjelang Jumat yang hening. Aidar, seorang wartawan yang hidupnya tak pernah tenang oleh deadline dan perjalanan tugas, tak sengaja menyapa Ririn, perempuan yang dikenal karena ketekunannya menjajakan minuman dan camilan di pelabuhan Sofifi.
Ririn bukan tokoh dari dunia Aidar. Ia tak pernah muncul dalam rapat redaksi, tak masuk daftar narasumber, apalagi headline. Tapi justru dari tempatnya berdiri-menanti kapal bersandar, menawarkan dagangan dengan senyum seadanya-ia memperlihatkan bentuk ketegaran yang lain. Aidar jatuh hati, bukan karena gaya bicara atau penampilan, melainkan karena caranya bertahan.
Hari-hari berlalu. Aidar menunggu. Tiga bulan lamanya ia menyusun keberanian, tak ingin memaksa tapi juga tak ingin pergi. Dan malam Jumat datang lagi, membawa satu jawaban yang ia simpan dalam-dalam: "Ya."
Tak ada kembang api menyambut kata itu. Tapi bagi Aidar, itu lebih nyaring dari lonceng berita eksklusif. Sebuah pengakuan diam-diam bahwa dua orang bisa saling memilih, meski dunia mereka tak pernah disiapkan untuk bertemu.
Sekarang, mereka bersiap. Bukan untuk pesta mewah, tapi untuk menyusun hari-hari baru: memasak bersama, menabung dari hasil jualan dan liputan, menertawakan hal kecil. Sebab bagi mereka, cinta tak butuh panggung besar. Ia hanya perlu ruang yang tulus.
Di Sofifi, di bawah langit yang sederhana, Aidar dan Ririn akan mengucap bismillah. Bukan sebagai akhir dari penantian, tapi sebagai awal dari langkah-langkah kecil yang akan mereka tempuh bersama.**
.jpeg)
